Kemerdekaan (1950-an–1984)
Setelah Perang Dunia II, yang diikuti dengan Revolusi Indonesia, puncak sejarah sepak bola Indonesia terjadi pada Olimpiade Musim Panas 1956 di Melbourne. Indonesia bermain imbang Uni Soviet, kemudian kalah 0–4 dalam pertandingan ulangan Penampilan ini menjadi satu-satunya penampilan Indonesia di ajang Olimpiade.
Pada Piala Dunia 1958 Indonesia untuk pertama kalinya membukukan penampilan pada babak kualifikasi sebagai tim nasional merdeka. Indonesia mengalahkan Tiongkok pada babak pertama, kemudian menolak bertanding melawan, Israel, pada babak berikutnya dengan alasan politik.
Di Pesta Olahraga Asia 1958, Indonesia meraih medali perunggu cabang sepak bola mengalahkan India dengan skor 4–1 pada laga perebutan tempat ketiga. Indonesia juga bermain imbang 2–2 dengan Jerman Timur dalam laga uji coba.
Tim nasional Indonesia berhasil menjuarai Turnamen Merdeka sebanyak tiga kali (1961, 1962 dan 1969). Indonesia juga menjadi juara Piala Raja 1968.
Indonesia kembali berlaga pada babak kualifikasi Piala Dunia 1974. Namun, tim nasional Indonesia tereliminasi di babak pertama dengan hanya meraih satu kemenangan dari enam pertandingan melawan Selandia Baru. Pada babak kualifikasi Piala Dunia 1978, Indonesia hanya mampu memenangkan satu dari empat pertandingan melawan tuan rumah Singapura. Empat tahun kemudian pada kualifikasi Piala Dunia 1982, Indonesia mencatatkan dua kemenangan atas Tionghoa Taipei dan Australia.
Panggilan baru-baru ini
Para pemain berikut ini belum dipanggil untuk pertandingan mendatang tetapi telah dipanggil untuk tim dalam 12 bulan terakhir.
Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag untuk kelompok bernama "lower-alpha", tapi tidak ditemukan tag
Tim nasional sepak bola Armenia merupakan sebuah tim nasional sepak bola yang mewakili Armenia dan dikontrol oleh Federasi Sepak Bola Armenia. Tim ini sekaligus tidak pernah tampil di ajang Piala Dunia dan Piala Eropa.
Armenia menjadi negara merdeka pada tahun 1991, sebelumnya bernama Republik Sosialis Soviet Armenia dan bermain untuk Uni Soviet. Federasi Sepak Bola Armenia didirikan pada 18 Januari 1992 dan menjalin hubungan dengan FIFA pada 1992 dan dengan UEFA pada 1993.[5] Sejarah tim nasional Armenia dimulai pada 14 Oktober 1992, ketika Armenia memainkan pertandingan pertamanya melawan Moldova dan dalam pertemuan itu berakhir imbang tanpa gol. Sejak tahun 1996, tim ini menjadi anggota kualifikasi Kejuaraan Eropa dan Dunia.[6] Armenia telah berkompetisi di setiap babak kualifikasi Piala Eropa UEFA dan kualifikasi Piala Dunia FIFA sejak 1994.[7]
Pelatih pertama yang menangani Tim nasional Armenia adalah bintang sepak bola Armenia Soviet yaitu Eduard Markarov, dia adalah pemenang UEFA Jubilee Awards dari Armenia dan bersama pemain sepak bola Armenia Soviet yang hebat seperti Khoren Oganesian juga menjadi pelatih kepala. Banyak pelatih awal tim nasional tidak pernah tinggal lebih dari dua tahun, salah satunya adalah pelatih asal Skotlandia Ian Porterfield yang menjadi pelatih kepala pada tahun 2006 dan mulai memimpin tim menuju beberapa kesuksesan pertamanya di panggung internasional.
Di bawah kepemimpinannya, Armenia telah memainkan serangkaian pertandingan hebat dengan kemenangan atas Kazakhstan 2-1, Polandia 1-0, dan Portugal 1-1, dengan Cristiano Ronaldo yang masuk kedalam lineup. Tapi kemudian tragedi terjadi; Porterfield yang berusia 62 tahun meninggal karena kanker, hak tersebut meninggalkan pekerjaannya yang belum selesai. Asisten pelatihnya kala itu Vardan Minasyan, menjadi pelatih kepala setelah kematian Porterfield. Minasyan belajar banyak dari Porterfield dan Samvel Darbinyan, mantan pelatih kepala Armenia lainnya, selama ini tentang pembinaan dan pengelolaan.[8] Pada 10 Februari 2009, setelah pengundian untuk babak kualifikasi UEFA Euro 2012, atas perintah dari Ruben Hayrapetyan yang merupakan Presiden Federasi Sepak Bola Armenia, Minasyan terus memimpin Skuad nasional Armenia sebagai pelatih kepala resmi.[9][10][11]
Dalam pertandingan babak kualifikasi UEFA Euro 2012, Minasyan memimpin Armenia di Grup B melawan Rusia, Slowakia, Republik Irlandia, Makedonia Utara, dan Andorra. Armenia dianggap sebagai underdog yang dapat memberi kejutan, mereka mengalahkan tim favorit grup Slowakia dengan dua kekalahan telak 4-0 dan 3-1, kemudian mengalahkan Andorra dalam dua pertandingan juga dengan skor 4-0 dan 3-0, imbang dengan Makedonia 2-2 dan mengalahkan mereka di pertandingan penentuan 4-1 dan diikat dengan juara grup Rusia 0-0. Armenia mencetak gol terbanyak dari Grup B, dengan total 22 gol. Henrikh Mkhitaryan dari Armenia mencetak 6 gol, itu merupakan gol terbanyak yang dicetak oleh satu pemain di Grup B.[12][13]
Armenia hampir mencapai babak terakhir, tetapi secara kontroversial mereka kalah dalam pertandingan yang menentukan melawan Republik Irlandia dengan skor 1–2. Kiper Armenia Roman Berezovsky diberi kartu merah oleh wasit Eduardo Gonzalez asal Spanyol pada menit ke-26 karena diduga menyentuh bola di luar area gawang. Namun, tayangan ulang dengan jelas menunjukkan bahwa bola hanya menyentuh dadanya dan tidak menyentuh tangannya. Tayangan ulang juga menunjukkan bahwa striker Irlandia Simon Cox benar-benar menyentuh bola dengan tangan kanannya.[14] Meskipun demikian, Gonzalez tidak menghukum Cox, yang kemudian Cox mengakui bahwa dia menyentuh bola dengan tangannya.[15] Jika wasit melihat pelanggaran Cox tersebut, Cox bisa saja telah dihukum, dan Armenia mendapatkan tendangan bebas.[16]
Berezovsky diganti dengan pemain berusia 19 tahun yang memulai debut pertamanya Arsen Petrosyan. Valeri Aleksanyan kemudian secara tidak sengaja mencetak gol bunuh diri yang akhirnya menjadi penentu pertandingan. Armenia dan Irlandia masing-masing akan mencetak gol lagi. Federasi Sepak Bola Armenia tidak berhasil ketika mengajukan protes atas pertandingan tersebut.[14][17] Sesuai pertandingan tersebut, wasit asal Spanyol itupun kemudian mengundurkan diri.[18]
Meskipun tidak bermain di partai final UEFA Euro 2012, Minasyan berhasil membawa tim nasional Armenia ke ranking 41 dalam peringkat FIFA, hal itu kemudian menempatkan Armenia di tempat ketiga terbaik di babak penyisihan grup dan kemudian dia menjadi pelatih kepala terlama di tim sepak bola Armenia, Minasyan mengaku bangga dengan seluruh tim.[19][20] Saat mereka kemudian kembali ke negaranya, mereka semua disambut di bandara Armenia sebagai pahlawan.[21]
Setelah melakukan pertandingan pada babak kualifikasi UEFA Euro 2012 yang luar biasa, namun pada saat mereka berpartisipasi dalam Kualifikasi Piala Dunia 2014 dan kualifikasi Euro 2016 mereka tidak berhasil karena hanya berada di posisi terbawah, bahkan dalam babak kualifikasi Piala Dunia 2014 mereka hanya dapat finis terakhir tanpa satu kemenangan pun dalam babak kualifikasi Euro 2016. Armenia menyelamatkan kebanggaan mereka saat Kualifikasi Piala Dunia 2018, ketika itu Armenia berhasil mencatatkan kemenangan kandang yang mengejutkan dengan skor 3–2 atas Montenegro, yang kemudian hasil tersebut berkontribusi dalam raihan kegagalan Montenegro untuk lolos ke Piala Dunia FIFA 2018.[22]
Setelah hasil yang mengecewakan itu, Vardan Minasyan kembali memimpin Armenia di ajang UEFA Nations League 2018-2019, tetapi berakhir di belakang Makedonia Utara, termasuk dalam laga kandang 0-1 dari Gibraltar yang menjadi kekalahan paling memalukan, setelah kekalahan itu Minasyan dipecat dan digantikan Armen Gyulbudaghyants yang ditunjuk sebagai pelatih Armenia. Kemudian mereka berpartisipasi dalam Kualifikasi UEFA Euro 2020 bersama dengan raksasa Italia, Bosnia dan Herzegowina, mantan juara Eropa 2004 Yunani, Finlandia, dan Liechtenstein. Armenia kalah dalam dua pertandingan pembukaan dari Bosnia dengan skor 1-2[23] dan Finlandia dengan skor 0-2 di kandang,[24] seharusnya mereka sudah tereliminasi sejak awal, namun Armenia dapat bangkit dengan kemenangan kandang 3-0 di kandang Liechtenstein[25] dan secara mengejutkan berhasil meraih kemenangan 3-2 atas Yunani yang merupakan mantan juara UEFA Euro 2004. Armenia mengalami kemunduran kecil setelah kalah di kandang dari raksasa Italia 1-3,[26] sebelum memberikan kejutan lain dalam babak kualifikasi dengan mengalahkan Bosnia dan Herzegovina dengan skor 4-2 di tempat yang sama.[27] Armenia memainkan pertandingan kandang mereka menghadapi Yunani, Finlandia, dan Italia, dalam pertandingan tersebut Armenia dikalahkan dalam dua pertandingan dan akhirnya mereka finis kelima di grup mereka dan gagal lolos ke UEFA Euro 2020.
Armenia berpartisipasi dalam UEFA Nations League C 2020-2021 dan hanya dianggap sebagai tim kecil di grup yang berisi Makedonia Utara dan Georgia, bersama dengan sesama tim kecil lainnya Estonia. Armenia memulai pertandingan dengan kekalahan di laga tandang 1-2 dari Makedonia Utara, sebelum membalas dengan kemenangan di kandang 2-0 atas Estonia pada September 2020.[28][29] Pada bulan Oktober, Armenia harus memainkan "pertandingan kandang" yang ditentukan dari negara mereka di Polandia karena Perang Nagorno-Karabakh 2020, dan hanya hasil imbang 2–2 di Georgia dan hasil imbang 1-1 di Estonia, sehingga mereka meninggalkan kesan bahwa Armenia akan menggelepar dari kesempatan untuk mendapatkan promosi.[30][31] Namun, pada bulan November di tahun yang sama, meskipun harus bermain di laga tandang dan tanpa pemain andalan mereka Henrikh Mkhitaryan, Armenia berhasil melakukan apa yang akan menjadi kebangkitan terbesar negara itu dalam sejarah, mengalahkan Georgia tepat di kangdang mereka di kota Tbilisi dengan skor 2-1, dan secara mengejutkan juga mereka dapat mengalahkan Makedonia Utara yang lolos ke Euro 2020 dengan skor 1-0 dalam pertandingan kandang yang dimainkan di Siprus.[32][33] Kemenangan ini tidak hanya memastikan Armenia promosi ke UEFA Nations League B 2022-2023 dan juga berarti Armenia menjadi negara Kaukasus pertama yang mendapatkan tiket playoff ke Piala Dunia FIFA. Selain itu, musim Liga B pada 2022–23 juga dapat memastikan Armenia menjadi tempat playoff untuk UEFA Euro 2024.
Armenia saat ini berpartisipasi dalam Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Eropa dan terlihat lemah ketika berada di grup yang berisi Jerman, Islandia, Rumania, dan Makedonia Utara. Armenia memulai kualifikasi dengan kemenangan tandang 1-0 dari Liechtenstein, dan seperti biasanya Armenia diprediksi akan berakhir kalah di sisa pertandingan. Namun, Armenia mengejutkan Islandia dan Rumania pada pertandingan kandang mereka dengan masing-masing skor 2-0 dan 3-2 serta mereka memuncaki grup untuk pertama kalinya, hal ini meningkatkan harapan negara itu untuk lolos perdana ke Piala Dunia FIFA mereka di Qatar. Kemudian pada bulan September mereka bermain imbang dengan Makedonia Utara sebelum kalah 6-0 dari Jerman, mereka kembali ke negara mereka untuk menghadapi Liechtenstein, dan diharapkan dapat menyapu bersih semua poin, tetapi pada akhirnya mereka bermain imbang 1-1.[34][35]
Stadion Hrazdan dibangun dari tahun 1969 hingga 1970 di Athena St. Kentron dalam jangka waktu 18 bulan dengan dukungan keuangan dari Perusahaan Minyak Calouste Gulbenkian Foundation dengan biaya yang dikeluarkan sebesar 5 juta rubel yang dialokasikan untuk Hrazdan.[36] Stadion ini dinamai berdasarkan lereng di dekat Sungai Hrazdan. Stadion ini merupakan yang terbesar di Armenia, dengan lebih dari 70.000 kursi dan dibuka tanggal 29 November 1970.[36] Tim nasional Armenia memainkan pertandingan kandang di Hrazdan hingga tahun 2000, beberapa klub sepak bola Armenia juga bermain di Stadion Hrazdan. Di masa Soviet, stadion ini merupakan salah satu stadion terbesar di Uni Soviet (di antara empat besar negara) dan salah satu dari beberapa stadion yang memiliki dua tingkat. Hrazdan adalah stadion sepak bola untuk klub Ararat Yerevan. Stadion Hrazdan menyelenggarakan pertandingan sepak bola resmi pertamanya pada 19 Mei 1971 ketika Ararat Yerevan mengalahkan Kairat 3-0 di depan 78.000 penonton.[37]
Pada tahun 1973, stadion ini menjadi rumah bagi klub Ararat Yerevan yang menang di pertandingan terakhirnya kala masih bermain di Soviet Top League dan di Piala Soviet 1973 dan 1975. Uni Soviet hanya memainkan dua pertandingan di stadion ini, keduanya dimulai pada tahun 1978, pada bulan April tahun itu, dalam pertandingan persahabatan melawan Finlandia, Uni Soviet menang 10-2. Enam bulan kemudian, dalam pertandingan kualifikasi Euro 1980, Soviet harus berhadapan dengan Yunani dan Soviet mengakhiri pertandingan dengan kemenangan 2-0. Pertandingan melawan Finlandia ketika bermain sebagai tuan rumah dengan penonton sebanyak 12.000 dan pertandingan dengan Yunani sebanyak 40.000 penonton,[5] setelah itu Stadion Hrazdan mulai direnovasi dan kapasitas stadion juga ikut menurun dari awalnya 70.000 menjadi 53.849 penonton, kemudian stadion ini sepenuhnya menjadi tempat pertandingan kandang tim nasional.
Republican Stadium mulai direnovasi pada tahun 1999, dan sejak tahun 2000 telah menjadi kandang bagi Armenia. Stadion ini dibangun pada tahun 1953 dan selesai dalam waktu satu tahun.[38] Stadion Republik memiliki kapasitas sebesar 14.968 penonton, dan selama periode Soviet dan seterusnya dari tahun 1953 hingga 1999, stadion ini dikenal sebagai Stadion Dinamo. Stadion ini dirubah dan memiliki nama resmi menjadi "Stadion Republik Vazgen Sargsyan" pada tahun 1999, setelah pahlawan dalam perang Armenia dan mantan Perdana Menteri Armenia Vazgen Sargsyan, yang meninggal tahun itu. Klub lokal Pyunik dan Ulisses memainkan pertandingan kandang di Stadion Republik. Pada tahun 2008, stadion ini mengalami pengembangan skala besar untuk modernisasi permukaan lapangan dan untuk membuat bagian VIP menjadi lebih tinggi dan fasilitas lain yang memenuhi standar sesuai aturan UEFA.[5]
Armenia memainkan pertandingan di Hrazdan pada 2008 melawan Turki setelah renovasi selesai sebagian pada awal tahun itu, dan jumlah kursi berkurang dari 75.000 menjadi 53.849.[39] Pada tahun 2012, mereka merencanakan pertandingan kandang Armenia setelah renovasi total. Pada tanggal 12 Oktober 2012, Armenia memainkan pertandingan Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2014 - Grup B melawan Italia, tetapi tidak menggunakan Stadion Hrazdan sejak itu. Hrazdan sebagian besar digunakan untuk klub sepak bola Armenia dan sejumlah kompetisi atletik lainnya.[5]
Warna jersey untuk pertandingan kandang mereka sebelumnya adalah Merah-Biru-Oranye seperti triwarna Armenia, yang dirancang oleh Stepan Malkhasyants. Ketiga warna itu ada di dalam kaus tim nasional Armenia pertama yang pernah dirancang. Pengertian warna, sebagaimana tercantum dalam situs web pemerintah Armenia, adalah:
Dalam pertandingan kualifikasi Euro 2012 yang dimainkan pada tahun 2010 dan 2011, warna jersey kandang Armenia adalah merah-biru-merah yang diproduksi oleh Hummel. Dimulai dengan pertandingan persahabatan pada bulan Mei 2012 dengan Yunani, Armenia beralih ke warna kandang serba merah dan seragam tandang serba putih yang diproduksi oleh Adidas.
Head-to-head sepanjang masa
Para pemain berikut dipanggil dalam 12 bulan terakhir.
Pencetak gol terbanyak
Templat:Armenia national football team Templat:Armenia national football team managers Templat:National sports teams of Armenia
Templat:Football in Armenia
Tim nasional sepak bola Vietnam (bahasa Vietnam: Đội tuyển bóng đá quốc gia Việt Nam) adalah tim nasional yang mewakili Vietnam dalam sepak bola internasional senior pria. Tim ini dikendalikan oleh Federasi Sepak Bola Vietnam, yang merupakan anggota FIFA dan juga anggota Konfederasi Sepak Bola Asia.
Vietnam mengenal dunia olahraga dari Prancis pada abad ke-19. Tetapi, karena berbagai konflik yang terjadi sepanjang abad ke-20, perkembangan sepak bola di Vietnam sangat terhambat pada masa tersebut.[8][9] Ketika Vietnam terpecah menjadi Vietnam Utara dan Vietnam Selatan, terdapat dua tim nasional yang dikendalikan oleh dua organisasi yang berbeda. Tim nasional Vietnam Utara tidak begitu aktif, dan relatif hanya bertanding melawan sesama negara komunis lainnya pada rentang tahun 1956 hingga 1966. Sementara itu, Vietnam Selatan lolos ke putaran final dua edisi pertama Piala Asia AFC, dan meraih juara keempat dalam kedua edisi tersebut. Vietnam Selatan memainkan pertandingan terakhir mereka pada tahun 1975. Setelah kedua negara bersatu pada tahun 1976, badan pengatur yang terpisah itu digabungkan dan diubah namanya menjadi Federasi Sepak Bola Vietnam.[10]
Sejak tahun 1990-an, Vietnam telah masuk kembali dalam sepak bola global, dan sepak bola menjadi bagian integral dari masyarakat Vietnam, dan menjadi kekuasaan lunak yang mampu melawan stigma negatif negara tersebut pasca Perang Vietnam dan beberapa konflik internasional lainnya. Hal ini membuat tim nasional Vietnam menjadi bagian dari nasionalisme Vietnam, sehingga mendapat dukungan dari berbagai penjuru negara. Pendukung Vietnam disebut sebagai salah satu penggemar yang paling bersemangat, yang dikenal dengan perayaan besar untuk keberhasilan tim, baik untuk tim senior maupun tim kategori umur.[11][12]
Vietnam belum pernah tampil dalam Piala Dunia FIFA. Pada tingkat regional, Vietnam telah empat kali tampil dalam Piala Asia AFC, yakni pada tahun 1956 dan 1960 saat mereka masih bernama Vietnam Selatan, serta pada tahun 2007 dan 2019, di mana dalam dua edisi tersebut mereka mampu mencapai babak perempat final. Pada tingkat Asia Tenggara, Vietnam telah berhasil menjadi juara dalam dua edisi Kejuaraan AFF, yakni pada tahun 2008 dan 2018.
Berikut 33 pemain yang dipanggil untuk pertandingan Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026 melawan Timnas Indonesia pada 21 dan 26 Maret 2024.
Penampilan dan gol per 24 Januari 2024 setelah pertandingan melawan Iraq.
Para pemain berikut telah dipanggil untuk tim dalam 12 bulan terakhir dan masih tersedia untuk seleksi.
Turnamen Persahabatan
Lebih banyak menang Imbang Lebih banyak kalah
Skuad tim nasional Indonesia
Tim nasional sepak bola Georgia (bahasa Georgia: საქართველოს ეროვნული საფეხბურთო ნაკრები) adalah tim nasional sepak bola yang mewakili Georgia dan dikontrol oleh Federasi Sepak Bola Georgia. Tim ini belum pernah tampil di ajang Piala Dunia, namun lolos Piala Eropa untuk pertama kalinya pada tahun 2024.
Pada tahun 2018, mereka adalah tim pertama yang mendapatkan promosi di Liga Negara UEFA yang baru. Mereka mencetak gol pertama di pertandingan Liga D Negara UEFA di Kazakhstan sebelum mengalahkan Latvia dua kali dan Andorra, dengan 2 pertandingan tersisa dan mendapatkan tempat playoff pertama mereka.[2][3] Pada kualifikasi Piala Eropa 2020, Georgia menang dua kali atas Gibraltar. Di babak semifinal playoff Jalur D, Georgia berhasil mengalahkan Belarus 1–0 dan dengan demikian harapan untuk lolos ke Piala Eropa 2020 semakin meningkat,[4] namun ternyata kandas setelah tim Georgia mengalami kekalahan kandang dari Makedonia Utara pada pertandingan yang menentukan dan dengan demikian kehilangan kesempatan untuk melakukan debut bersejarah di kompetisi besar.[5][6]
Georgia menunjukkan peningkatan dengan kemenangan 2–0 atas Swedia di Kualifikasi Piala Dunia 2022 pada 11 November 2021.[7][8] Mereka melanjutkan peningkatan mereka dengan memenangkan Grup 4 Liga C Negara UEFA 2022–23, dipromosikan ke Liga B Negara UEFA 2022–23, dan lolos ke tempat play-off kedua kalinya.[9][10][11] Georgia menang 2–0 melawan Luksemburg, memberi mereka tempat untuk final play-off kualifikasi Piala Eropa 2024.[12][13] Mereka mengalahkan Yunani 4–2 melalui adu penalti setelah bermain imbang 0–0 di final playoff, yang menjamin kualifikasi Georgia untuk Piala Eropa 2024 dan turnamen internasional pertama mereka.[14][15][16][17][18][19]
Jumlah penampilan dan gol benar pada 27 Maret 2024, setelah pertandingan melawan Yunani.
Era Shin Tae-yong (2020–sekarang)
Menyusul kegagalan di kualifikasi Piala Dunia, PSSI menunjuk juru taktik asal Korea Selatan, Shin Tae-yong sebagai pelatih baru Indonesia dengan harapan untuk menghidupkan kembali asa tim pada Kualifikasi Piala Asia AFC 2023 yang akan datang, berkaca pada keberhasilan Park Hang-seo di Vietnam sebagai pertimbangan dalam penunjukan.[31]
Di bawah kepelatihan Shin Tae-yong, mayoritas pemain tim senior dirombak dan memiliki banyak pemain muda yang mayoritas berasal dari timnas U-23. Pada Kejuaraan AFF 2020, Indonesia berhasil mencapai final dan meraih posisi runner-up dengan rata-rata usia pemain 23 tahun.
Pada babak kualifikasi Piala Asia AFC 2023, tim nasional sepak bola Indonesia mengalahkan tuan rumah Kuwait, yang juga merupakan mantan juara Asia, dengan skor 2-1. Ini merupakan kemenangan pertama Indonesia atas Kuwait setelah 42 tahun tidak pernah menang. Kemenangan tersebut mengejutkan banyak pihak. Selain itu, kemenangan ini menjadi kemenangan resmi pertama oleh tim Asia Tenggara atas tuan rumah Asia Barat sejak Thailand mengalahkan Yaman 3–0 di Sana'a pada 2004 dalam kualifikasi Piala Dunia FIFA 2006. Secara historis, ini juga menjadi kali pertama tim sepak bola Asia Tenggara memenangkan pertandingan sebagai tim tamu melawan tim Teluk Persia.
Pada pertandingan final babak kualifikasi melawan Nepal, Indonesia menang telak 7-0 di Stadion Internasional Jabir Al-Ahmad. Hasil ini memastikan Indonesia lolos ke putaran final Piala Asia AFC 2023 setelah absen selama 16 tahun.
Pada 19 Juni 2023, Indonesia menjamu juara Piala Dunia FIFA 2022 Argentina dalam rangka persiapan menjalani kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026. Meski sempat bermain apik menahan sang juara dunia, Indonesia kebobolan lewat gol jarak jauh Leandro Paredes menjelang jeda babak pertama. Di babak kedua, gol sundulan Cristian Romero berhasil menambah keunggulan menjadi 2–0 untuk kemenangan Argentina.
Pada Kualifikasi Piala Asia AFC 2023, Indonesia mengalahkan tuan rumah dan mantan juara Asia, Kuwait, yang belum pernah mereka kalahkan selama 42 tahun terakhir, dengan skor 2–1 yang mengejutkan banyak orang. Kemenangan resmi pertama tim Asia Tenggara melawan tuan rumah Asia Barat sejak 2004 (ketika Thailand mengalahkan Yaman 3-0 di Sana'a selama Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2006), dan merupakan pertama kalinya dalam sejarah tim Asia Tenggara menang melawan tim Teluk Persia sebagai tim tamu. Pada pertandingan terakhir, Indonesia secara besar-besaran mengalahkan Nepal 7-0 di Stadion Internasional Jaber Al-Ahmad. Didorong oleh kemenangan tersebut, Indonesia lolos ke Piala Asia AFC 2023 setelah absen selama 16 tahun.
Pada tanggal 19 Juni 2023, Indonesia berkesempatan menghadapi pemegang gelar juara Piala Dunia FIFA 2022, Argentina sebagai persiapan untuk Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026. Indonesia tampil cukup bagus, namun tendangan panjang dari Leandro Paredes memastikan kemenangan 1-0 tepat sebelum jeda turun minum. Di babak kedua, Cristian Romero mencetak gol sundulan untuk menggandakan kedudukan menjadi 2-0 untuk Argentina.
Indonesia memulai perjalanan Kualifikasi Piala Dunia FIFA 2026 dari babak pertama, saat mereka secara meyakinkan mengalahkan Brunei dengan agregat 12-0.
Di babak kedua, Indonesia ditempatkan satu grup dengan Irak dan dua tim Asia Tenggara, Vietnam, dan Filipina. Indonesia memiliki hasil awal yang buruk di babak kedua, mereka kalah telak 5-1 saat melawan Irak di Basra, dan hanya bermain imbang saat melawan Filipina di Manila pada pertandingan berikutnya.
Pertandingan ke 3 dan 4 Indonesia berhasil mengalahkan Vietnam di Stadion Utama Gelora Bung Karno 1-0 dan di My Dinh Stadium 0-3 dengan aggregat 4-0, Indonesia belum pernah dikalahkan oleh Vietnam sejak pelatih Vietnam yang baru di tunjuk.
Indonesia memulai tahun 2024 dengan memainkan dua pertandingan persahabatan melawan Libya di Kompleks Olahraga Mardan di Turki sebelum terbang ke Qatar untuk pertandingan persahabatan terakhir melawan Iran sebagai persiapan akhir sebelum bergulirnya turnamen Piala Asia AFC 2023.
Pada pertandingan pertama, Indonesia kembali berhadapan dengan Irak setelah dua bulan sebelumnya bertanding di kualifikasi Piala Dunia, pertandingan tersebut bertakhir dengan kekalahan 1–3. Pada pertandingan kedua, Indonesia berhadapan dengan rival Asia Tenggara Vietnam dimana kapten, Asnawi Mangkualam mengkonversi gol dari titik penalti untuk mencetak satu-satunya gol dalam pertandingan tersebut, itu adalah pertama kali Indonesia mengalahkan Vietnam setelah 7 tahun, Indonesia memperoleh 3 poin. Pada laga grup terakhir, Indonesia kalah 3-1 dari tim peringkat teratas AFC, Jepang.
Meski mengalami dua kekalahan di babak penyisihan grup, Indonesia lolos ke babak 16 besar dengan finis sebagai salah satu dari empat peringkat ketiga grup terbaik yang dipastikan setelah pertandingan lain di Grup F antara Kirgizstan dan Oman berakhir seri.[32][33] Untuk pertama kalinya, Indonesia lolos ke babak gugur Piala Asia AFC sejak penampilan pertama mereka di Piala Asia 1996.[33] Indonesia menghadapi Australia di babak 16 besar, namun meskipun tampil positif, laga berakhir dengan kekalahan 4-0 karena buruknya pertahanan.
Piala Tiger 1998 menyaksikan pertandingan penyisihan grup antara Thailand dan Indonesia dengan kedua tim sudah lolos ke semifinal tetapi juga sadar bahwa pemenang harus menghadapi tuan rumah Vietnam. Pemain Indonesia Mursyid Effendi dengan sengaja menendang bola ke gawang Indonesia sendiri saat seorang penyerang Thailand berlari ke arah bola.[34] FIFA mendenda kedua tim $40.000 karena "melanggar semangat permainan" sementara Effendi dilarang dari sepak bola internasional seumur hidup. Indonesia kemudian kalah dari Singapura di semifinal.[35]
Selama era kolonial Belanda, tim ini berkompetisi dengan nama Hindia Belanda dalam pertandingan internasional. Mereka mengenakan jersey berwarna oranye, yang merupakan warna kebanggaan Belanda. Tidak ada dokumen resmi mengenai seragam tim, hanya beberapa foto hitam-putih dari pertandingan melawan Hongaria di Piala Dunia FIFA 1938. Namun, beberapa sumber tidak resmi menyebutkan bahwa seragam mereka terdiri atas jersey oranye, celana pendek putih, dan kaus kaki biru muda.[36] Sejak Indonesia merdeka, seragam tim nasional Indonesia menggunakan warna merah dan putih sesuai warna bendera negara. Kombinasi warna hijau dan putih juga sempat digunakan sebagai seragam tandang, yaitu pada penampilan tim nasional di Olimpiade Musim Panas 1956 di Melbourne, Australia, hingga pertengahan dekade 1980-an.[37]
Seragam kandang pada tahun 2010-2012 pernah menimbulkan masalah saat bertanding melawan lawan yang mengenakan seragam berwarna putih, karena kaus kaki tim nasional Indonesia berwarna putih alih-alih merah seperti biasanya. Masalah ini diselesaikan dengan menggunakan kombinasi merah-hijau-hijau (untuk pertandingan tandang) dengan mengambil celana pendek dan kaus kaki hijau dari seragam tandang, atau tetap menggunakan seragam kandang merah (untuk pertandingan kandang). Setelah kekalahan kandang pada babak kualifikasi Piala Dunia FIFA 2014 melawan Bahrain pada 6 September 2011, celana pendek merah (dengan garis warna hijau) tidak pernah digunakan lagi. Sebagai pengganti, beberapa kali digunakan kombinasi merah-putih-merah sebagai seragam kandang alternatif, seperti pada pertandingan kandang berikutnya di babak kualifikasi melawan Qatar dan Iran pada tahun yang sama.
Pada 12 November 2012, seminggu menjelang dimulainya Piala Suzuki AFF 2012, Federasi Sepak Bola Indonesia merilis desain seragam kandang dan tandang baru hasil rancangan Nike. Seragam kandang kembali menggunakan perpaduan warna merah-putih-merah seperti tahun 2008, sementara seragam tandang mengusung kombinasi putih-hijau-putih. Menurut Nino Priyambodo selaku manajer pemasaran Nike Indonesia, pilihan warna hijau dimaksudkan untuk mengenang sejarah timnas Indonesia pada dekade 1950-an yang pernah tampil dengan seragam hijau. Ia berharap hal tersebut dapat menginspirasi tim untuk tampil lebih baik ke depannya.[38] Federasi Sepak Bola Indonesia juga menyiapkan celana pendek alternatif berwarna merah sebagai opsi lain untuk seragam kandang. Sementara itu, untuk seragam tandang disediakan celana pendek alternatif berupa celana pendek putih dengan nomor merah yang diambil dari desain celana pendek seragam kandang.
Pada 31 Oktober 2014, Nike merilis desain seragam kandang dan tandang baru untuk tim nasional Indonesia menjelang Kejuaraan AFF 2014. Jersey kandang didominasi warna merah dengan logo Nike berwarna putih dan garis-garis, serta aksen warna hijau pada bahu dan ujung lengan yang dibatasi garis putih. Seragam kandang mengusung perpaduan warna merah-putih-merah. Sementara itu, kostum tandang berwarna putih dengan kerah berwarna hijau, ujung lengan, dan logo Nike dalam format putih-hijau-putih.[39] Akibat sanksi FIFA pada 2015, jersey ini terpaksa digunakan lagi pada Kejuaraan AFF 2016 hingga 2018 dengan mengganti font punggung selain font tahun 2014 yang di pakai Nike sebelumnya.
Pada 31 Mei 2018, Nike kembali merilis seragam baru kandang dan tandang untuk timnas Indonesia. Jersey kandang tetap merah namun logo Nike-nya berwarna emas terinspirasi Lambang Garuda Pancasila, dalam format warna merah-putih-merah. Sementara seragam tandang putih kini memiliki logo Nike hijau, dengan padu padan warna putih-hijau-putih.[40]
Sejak 2020, timnas Indonesia beralih menggunakan seragam anyar buatan merek lokal Mills. Seragam kandang tetap merah-putih-merah namun bertambah ilustrasi siluet di bagian depan. Sementara kostum tandang putih-hijau-putih dilengkapi garis horizontal warna hijau di bagian depan disertai garis putih lebih kecil. Selain itu terdapat pula kostum ketiga hitam dengan strip emas dan siluet serupa.[41]
Untuk kejuaraan olahraga internasional seperti Pesta Olahraga Asia dan Pesta Olahraga Asia Tenggara, timnas tetap memakai perlengkapan merek Li-Ning alih-alih Nike atau Mills karena seluruh kontingen Indonesia berada di bawah naungan Komite Olimpiade Nasional Indonesia.[42]
Mulai 2024 (setelah gelaran Piala Asia AFC 2023 di Qatar), timnas Indonesia akan menggunakan seragam baru dari merek lokal Erigo.
Tim nasional sepak bola Indonesia telah banyak memanfaatkan Stadion Gelora Bung Karno di Gelanggang Olahraga Bung Karno, Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat - Indonesia, sebagai kandang utama. Stadion dengan kapasitas tempat duduk lebih dari 77.193 penonton ini lebih sering dipakai untuk pertandingan sepak bola, meski mampu menampung jumlah yang lebih banyak lagi pada pertandingan tertentu. Stadion kebanggaan warga ibu kota ini sempat menjadi lokasi penyelenggaraan Final Piala Asia AFC 2007 dan saat ini menempati peringkat ke-42 sebagai stadion sepak bola terbesar di dunia.
Selain itu, Stadion Internasional Jakarta, yang telah berdiri di Tanjung Priok, Jakarta Utara sejak 2023 turut disepakati menjadi kandang alternatif bagi timnas Indonesia. Berdasarkan kesepakatan antara PSSI dan PT JAKPRO selaku pengembang,[44] stadion bertaraf internasional dengan kapasitas 82.000 penonton ini kelak akan menjadi stadion terbesar di Indonesia.[45][46]
(19 November 2024; Kualifikasi Piala Dunia 2026)
(8 September 2023; FIFA Matchday)
(28 Maret 2023; FIFA Matchday)
(27 September 2022; FIFA Matchday)
(24 September 2022; FIFA Matchday)
(1 Juni 2022; FIFA Matchday)
(30 Januari 2022; FIFA Matchday)
(16 Oktober 2018; FIFA Matchday)
(6 Desember 2017; Piala Solidaritas Dunia Tsunami Aceh 2017)
(13 Juni 2017; FIFA Matchday)
(6 September 2016; FIFA Matchday)
(30 Maret 2015; FIFA Matchday)
(25 Juni 2014; FIFA Matchday)
(24 November 2010; FIFA Matchday)
(12 Oktober 2010; FIFA Matchday)
(11 Juni 2008; FIFA Matchday)
Kualifikasi tim Indonesia untuk Piala Dunia FIFA 2022 dan Piala Asia AFC 2023 disiarkan oleh jaringan televisi publik free-to-air TVRI (hanya babak kedua); jaringan televisi gratis Emtek SCTV (hanya babak kedua) dan Indosiar (babak play-off dan ketiga), mulai 2021;[47][48] dan Mola TV jaringan multiplatform premium Polytron (hanya babak kedua), hingga 2022.[49]
MNC Media juga menyiarkan pertandingan tim nasional tetapi dari tahun 2020 hingga 2024, MNC hanya meliput pertandingan tim nasional di Kejuaraan AFF dan Piala Asia AFC 2023 (telah lolos ke turnamen final) karena MNC-Lagardère (Kejuaraan AFF) dan kontrak kemitraan hak siar Football Marketing Asia (Piala Asia AFC).[50][51] Namun, TVRI, SCTV, Indosiar, dan Mola TV hanya membeli haknya dari PSSI.
Pertandingan dalam 12 bulan terakhir, dan jadwal pertandingan mendatang
Menang Seri Kalah
24 pemain berikut dipanggil untuk pertandingan Kejuaraan ASEAN 2024. Penampilan dan gol akurat per 9 Desember 2024, setelah pertandingan melawan Myanmar.
Pemain yang pernah dipanggil
Para pemain berikut juga telah dipanggil ke dalam skuat dalam 12 bulan terakhir.
Penangguhan (2012 dan 2015–2016)
Pada Maret 2012, PSSI mendapat teguran atas kondisi sepak bola Indonesia yang terpecah belah, di mana terdapat dua liga terpisah: Liga Super pemberontak (ISL), yang tidak diakui oleh PSSI atau FIFA, dan Liga Prima (IPL). Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) mendorong PSSI bekerja sama dengan pejabat Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) untuk memperbaiki situasi, tetapi ketua KONI Tono Suratman menyatakan pada Maret 2012 bahwa KONI akan mengambil alih PSSI yang terkepung jika masalah tidak diperbaiki.[16] FIFA tidak menyatakan apakah Indonesia akan menghadapi skorsing, namun pada 20 Maret 2012, FIFA membuat pengumuman. Menjelang 20 Maret 2012, PSSI berjuang untuk menyelesaikan situasi dan melihat ke kongres tahunan untuk solusi akhir.[17] PSSI diberi waktu hingga 15 Juni 2012 untuk menyelesaikan masalah yang dipertaruhkan, terutama penguasaan liga yang memisahkan diri; jika gagal, kasus tersebut akan dirujuk ke Komite Darurat FIFA untuk proses penangguhan.[18] FIFA akhirnya menetapkan tenggat waktu baru 1 Desember 2012 dan dalam dua minggu sebelum tenggat waktu, tiga dari empat perwakilan PSSI mengundurkan diri dari panitia bersama, dengan alasan frustrasi dalam berurusan dengan perwakilan KPSI. Namun, FIFA menyatakan baru akan mengeluarkan hukuman kepada sepak bola Indonesia setelah timnas Indonesia selesai keterlibatannya di Kejuaraan AFF 2012.[19]
Pada tahun 2013, presiden PSSI Djohar Arifin Husin menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan La Nyalla Matalitti (KPSI-PSSI) yang diprakarsai oleh FIFA dan AFC melalui Satgas Konfederasi Sepak Bola Asia. Sejak saat itu, kendali Liga Super Indonesia diambil oleh Panitia Bersama untuk tetap dikelola oleh PT Liga Indonesia hingga dibentuknya kompetisi profesional baru oleh komite.[20] Artinya, para pemain Indonesia dari ISL bisa bermain dan bergabung dengan timnas. PSSI memanggil pemain dari kedua liga sepak bola, ISL dan IPL untuk membentengi timnas menuju kualifikasi Piala Asia 2015. Pada 7 Januari 2013, PSSI mengumumkan daftar 51 pemain dari kedua belah pihak liga sepak bola terlepas dari apakah pemain dari Liga Super Indonesia (ISL) yang memisahkan diri akan tampil, klub-klub ISL diduga enggan melepas para pemainnya karena meragukan kepemimpinan Djohar.[21]
Pada 18 Maret 2013, PSSI mengadakan kongres di Kuala Lumpur, Malaysia. Kedua belah pihak, PSSI dan KPSI (kelompok yang memisahkan diri) menyelesaikan perbedaan mereka dalam empat poin perdebatan; seperti; Reunifikasi dua liga; Revisi Statuta PSSI; Mengembalikan empat anggota Komite Eksekutif PSSI yang dipecat: La Nyalla Mattalitti, Roberto Rouw, Erwin Dwi Budiawan dan Toni Apriliani; dan kesepakatan semua pihak dalam Nota Kesepahaman (MoU) mulai 7 Juni 2012 tentang daftar delegasi Kongres PSSI berdasarkan daftar Kongres Solo Juli 2011. PSSI baru memanggil 58 pemain dari kedua belah pihak liga (ISL dan IPL) untuk timnas. Rahmad Darmawan kembali menjabat sebagai pelatih sementara tim senior dan temannya, Jacksen F. Tiago juga bertanggung jawab sebagai asisten pelatih. Baik Rahmat maupun Jaksen memangkas 58 pemain yang awalnya dipanggil untuk pelatnas menjadi 28. Daftar tersebut kemudian akan dipangkas lagi menjadi hanya 23 pemain untuk pertandingan melawan Arab Saudi. Victor Igbonefo, Greg Nwokolo dan Sergio van Dijk tiga pemain naturalisasi masuk daftar final.[22] Pada 23 Maret 2013, Indonesia dikalahkan 1–2 oleh Arab Saudi di kandang sendiri. Boaz Solossa memberikan Indonesia gol pertama dalam perjalanan mereka di kualifikasi Piala Asia AFC; tim tuan rumah memulai dengan gol di menit keenam tetapi pihak Saudi membalas dengan menyamakan kedudukan dari Yahya Al-Shehri di menit ke-14 sebelum Yousef Al-Salem mengubah skor yang ternyata menjadi pemenang pada menit ke-56.[23]
PSSI ditangguhkan oleh FIFA pada 30 Mei 2015, penangguhan tersebut dilakukan karena intervensi pemerintah dalam liga domestik. Penangguhan tersebut mengambil efek segera, yang artinya Indonesia tidak berhak mengikuti kualifikasi Piala Dunia 2018 sekaligus kualifikasi Piala Asia 2019, yang akan dimulai kurang dari 2 minggu kemudian. FIFA masih mengizinkan Indonesia untuk ikut serta di SEA Games 2015 hingga turnamen berakhir, karena sudah telanjur dimulai. FIFA mengambil tindakan terhadap Indonesia menyusul perselisihan antara pemerintah dan asosiasi sepak bola yang mengakibatkan pembatalan kompetisi domestik.[24] Pada saat itu, tindakan tergesa-gesa dilakukan untuk Indonesia agar dapat ikut serta di Kejuaraan AFF 2016 yang akan datang, dimana Indonesia akhirnya berhasil mencapai final dan sekali lagi gagal merengkuh juara saat bertemu Thailand di partai penentuan.[25]
Penampilan beruntun di Piala Asia AFC (1995–2016)
Penampilan pertama Indonesia di Piala Asia AFC adalah saat melawan Uni Emirat Arab di Piala Asia AFC 1996. Selama turnamen, Indonesia hanya mencetak satu poin dari hasil imbang 2-2 melawan Kuwait di babak pertama.[12]
Penampilan kedua tim di Piala Asia terjadi di Lebanon di Piala Asia AFC 2000; lagi, tim Indonesia hanya memperoleh satu poin dari tiga pertandingan, dan lagi-lagi, dari pertandingan melawan Kuwait yang berakhir tanpa skor dari kedua belah pihak. Indonesia membuat rekor yang lebih tinggi di Piala Asia AFC 2004, mereka berhasil mengalahkan Qatar dengan skor 2-1 untuk mencatat kemenangan pertama Indonesia dalam sejarah turnamen. Kemenangan itu tidak cukup untuk membantu mereka lolos ke babak kedua, setelah itu mereka kalah 0-5 dari tuan rumah Tiongkok dan 1–3 dari Bahrain.
Indonesia kemudian lolos ke turnamen ketiga mereka yang sukses di Piala Asia AFC 2004 dan berada satu grup dengan Tiongkok, Qatar dan Bahrain, di mana mereka memenangkan satu-satunya pertandingan melawan Qatar dengan skor 2-1, namun harus tersingkir dengan hanya meraih tiga poin.
Pada Piala Asia AFC 2007, Indonesia menjadi tuan rumah bersama dengan Malaysia, Thailand dan Vietnam, yang merupakan pertama kalinya dalam sejarah Piala Asia AFC kompetisi ini diselenggarakan oleh empat negara sekaligus. Pada pertandingan pembuka turnamen, Indonesia menghadapi Bahrain dengan gol-gol yang dicetak oleh Budi Sudarsono dan Bambang Pamungkas untuk mengamankan kemenangan 2-1. Namun, dalam dua pertandingan berikutnya, Indonesia mengalami kekalahan 2-1 dari Arab Saudi dan kalah tipis 0-1 dari Korea Selatan sehingga Indonesia gagal lolos ke babak sistem gugur.
Indonesia mencapai final Kejuaraan AFF sebanyak enam kali (2000, 2002, 2004, 2010, 2016, dan 2020), meski tidak pernah berhasil mengangkat trofi. Klaim tim atas gelar regional datang di SEA Games tahun 1987 dan 1991.[13][14]
Setelah era Peter Withe, ketidakmampuan untuk memenuhi target ASEAN disebut-sebut sebagai alasan "putar pintu" Indonesia dalam hal manajerial tim. Selama dua tahun, manajer Indonesia berubah dari Ivan Kolev menjadi ke pelatih lokal Benny Dollo yang kemudian dipecat pada tahun 2010. Posisi pelatih kepala kemudian dipegang oleh Alfred Riedl yang gagal mengangkat piala apapun, dan kemudian pada Juli 2011 digantikan oleh Wim Rijsbergen.[15][sumber tepercaya?]
Pemulihan (2017–2019)
Beberapa minggu setelah finis di posisi kedua pada ajang Piala Suzuki AFF 2016, PSSI mengadakan kongres pada 8 Januari 2017 dalam upaya untuk menandatangani Luis Milla untuk menangani senior mereka dan tim U-22. Sebelum Kejuaraan AFF 2018, Milla pergi tanpa penjelasan apa pun, menyebabkan kemarahan di kalangan supporter Indonesia.[26] Indonesia tersingkir dari babak penyisihan grup di Kejuaraan AFF 2018 menyebabkan pemecatan Bima Sakti.[27] Untuk mempersiapkan kualifikasi Piala Dunia 2022, Indonesia menandatangani Simon McMenemy dengan harapan bahwa masa jabatannya yang sukses dengan Filipina dapat menghidupkan kembali kinerja Indonesia, terutama ketika Indonesia dikelompokkan dengan tiga rival dari Asia Tenggara: Malaysia, Thailand dan Vietnam bersama UEA.[28] Indonesia kalah dalam empat pertandingan termasuk kekalahan kandang 2-3 dari Malaysia, diikuti oleh kekalahan kandang dari Vietnam untuk pertama kalinya di setiap turnamen kompetitif. Pada 6 November 2019, PSSI memutuskan untuk memecat McMenemy atas kinerja tim nasional yang memburuk.[29] Indonesia bertandang ke Malaysia dan kalah 0–2 dari saingannya dan secara resmi tersingkir dari kualifikasi Piala Dunia 2022.[30]